Hold Me Tight ( boyslove)

"Kau memangnya suka wanita?"



"Kau memangnya suka wanita?"

0"Silahkan masuk!" ucap Max yang masih saja menampilkan senyum lebarnya. Nathan yang melihatnya pun tak pelak memutar bola mata. Pria jangkun dengan tubuhnya yang berotot, Max sangat menggelikan dengan cara menggodanya, Nathan merasa sangat muak.     
0

Melalui puluhan anak tangga untuk sampai ke lantai dua, belok menuju sisi kanan hingga bertemu dengan lorong yang terdapat dua ruang berhadapan. Memasuki bagian yang pintunya di buka oleh sang pemilik, Nathan pun melenggangkan kaki terlebih dahulu untuk menuruti.     

Sangat besar dan mewah, itu lah yang tercetus pertama kali ketika Nathan berdiri di wilayah ruang kuasa milik Max. Tatanan yang sangat rapi dan elegant, pria yang menjadi tamu itu menyimpulkan jika saat ini ia seperti berada di unit apartement mewah. Ya, seperti yang pernah di masuki Nathan juga, masih tetap kepunyaan Max.     

Mendudukkan diri di sofa yang tersedia, Max meninggalkan Nathan dalam kesibukkannya meracik kopi. Meja kecil yang baru di sadari Nathan jika terdapat mesin penggiling kopi dan rak menggantung di atasnya yang menyimpan beberapa gelas. Setelah Nathan menilik setiap sudut lebih teliti, ia bahkan melihat lemari pendingin yang berukuran kecil.     

Sekali lagi, Nathan mengawasi Max yang berdiri membelakanginya. Gerakan pria yang mengenakan setelan rapi itu terlihat sangat luwes meski Nathan tak dapat mengawasi secara menyeluruh.     

"Kau sudah sarapan, kan?" tanya Max saat dua cangkir kopi yang mengepul telah tersaji.     

Nathan yang mendengar hal itu pun tentu saja tak berniat menjawab, ia malah mengambil cangkir di hadapannya untuk di seruput pelan. Enak, aromanya sangat pekat dengan perpaduan rasa yang khas, ini juga tak terlalu manis, sesuai selera Nathan.     

"Ah, maafkan aku! Ayo kita ke bawah untuk sarapan dulu," ucap Max melanjutkan dugaannya. Pria yang duduk di hadapan Nathan itu pun lekas bangkit dan mengulurkan lengan berharap bisa di raih oleh pujaannya.     

"Jangan minum banyak-banyak dulu, perut mu masih kosong! Jika kau tak lekas menuruti ku, mungkin saja kau akan tersedak, Nath!"     

Max terus saja mengomel, sedangkan Nathan hanya melirik singkat, pria itu bersikap abai. Mulutnya lagi-lagi terbuka untuk lanjut meminum air pekat itu.     

Max memang menduga benar, Nathan memang belum sempat sarapan karena sedang tak nafsu. Tommy dan juga Aki yang menginap itu seperti kabur dari rumahnya pagi-pagi sekali, Nathan tau jika keduanya terlihat tak nyaman dengan sambutan mama Nathan yang dingin.     

Ah, membicarakan ketidaksukaan mereka, bahkan Nathan yang anaknya pun mendekati perasaan itu. Wanita paruh baya yang terlihat menyimpan banyak rahasia, sampai di mana kejadian tadi pagi yang membuat Nathan mencuri dengar pembicaraan sang mama dengan seseorang. Wanita itu terlihat sangat putus asa, apa karena perceraiannya dengan papa Nathan?     

"Uhuk-uhuk!"     

Nathan tersedak, minuman panas itu mengalir di tenggorokannya dengan cepat, pria itu tak siap. Akibatnya sebagian kopi yang ada di mulutnya pun menyembur, mengotori meja kecil milik Max yang pasti sangat mahal.     

"Sudah ku beri peringatan, kau memang bebal!"     

Nathan pun mengerutkan dahinya dalam, Max sekarang mungkin saja meledeknya hanya karena ucapannya yang menjadi kenyataan. Padahal yang seperti itu jelas saja salah, Nathan hanya hilang konsentrasi karena pikiran tentang mamanya yang tiba-tiba terlintas.     

"Aku bisa membersihkannya sendiri," ucap Nathan dengan merebut tisu di tangan Max. Namun pria dominan itu sepertinya ingin terus mencari perkara, lengan kuat dengan urat yang terlihat jelas itu malah menyapu paha kecil Nathan yang terdapat titik basah.     

Hanya satu kali usap, namun Max seperti ingin berlama-lama untuk menyentuhi permukaan halus milik Nathan itu.     

Nathan yang baru saja tersadar pun segera saja bangkit dari duduknya yang di tempeli oleh Max, setelah lengan pria itu di tepis Nathan kasar. Membelalakkan matanya tajam dengan rahang mengetat, ini pelecehan seksual!     

Bergerak menghindar, Nathan pun kini berpindah pada sofa yang di duduki Max sebelumnya. Mereka bertukar tempat.     

Reaksi Nathan yang galak itu pun malah di balas senyum lebar oleh Max. Pria dengan tubuh jangkunnya itu agaknya malah menilai Nathan sangat menggemaskan.     

"Kalau sudah, ayo kita ke meja makan!" ucap Mike yang tak jera mengungkapkan ajakan bernada paksaannya.     

Nathan baru mengenal Max beberapa bulan belakangan ini, namun agaknya rasa kesalnya terlalu menumpuk seperti dendam lama. "Hufh... Sudah, aku tak ingin basa-basi lagi! Tujuan ku kesini bukan untuk menyicipi kopi buatan mu dan duduk bersantai dengan perbincangan yang membuat tawa. Kau tau jika kita tak sedekat itu!" Nathan balas untuk mengingatkan posisi mereka masing-masing.     

"Hmm... Lalu?"     

Max memang seperti terlahir dengan raut menyebalkan. Di saat Nathan sedang sangat serius seperti ini, pria di hadapannya itu malah terus-terusan menarik kedua sudut bibirnya. Bagaimana Nathan tak makin naik pitam?     

Sabar. Agaknya hanya itu jalan satu-satunya supaya perbincangan mereka lekas selesai dan menemui ujung yang di harapkan sejak awal.     

"Aku minta maaf atas tindakan lancang ku yang memukuli mu kemarin," ungkap Nathan mengawali niatannya. Atas saran dari Tommy dan juga Aki, Nathan masih kurang tulus mengucapkannya.     

"Sudah ku maafkan."     

Mengangguk-anggukkan kepala beberapa kali, Nathan cukup senang dengan balasan singkat dan tak merepotkan dari Max. Ya, memang sempat terbesit di pikirannya jika mungkin saja Max akan membuatnya melakukan sesuatu sebagai ganti perminta maafan. Namun meski pun jika hal itu benar terjadi, Nathan pasti tak akan sudi untuk menurut. Hanya buang-buang waktu untuk hal yang tak penting.     

"Itu bagus, rupanya kau masih sadar diri atas keterlibatan mu yang memulai emosi ku. Sekarang kita berlanjut untuk menyelesaikan masalah selanjutnya."     

Lega, rasa ingin cepat mengakhiri topik utamanya kali ini. Satu rintangan telah berhasil dengan mudah, yang ini harus di selesaikan tuntas sekarang juga. Nathan merupakan tipe orang yang tak suka menunda sesuatu.     

"Tentang apa?"     

Pertanyaan Max itu agaknya membuat suasana hati Nathan kembali tenggelam. "Jangan pura-pura linglung, kau!" kesal Nathan yang tak memikirkan lagi sopan santun pada orang yang lebih tua. Lengannya terangkat untuk menunjuk sosok brengsek di hadapannya itu.     

"Aku tidak pura-pura linglung, hanya saja harusnya kau lebih memperjelas lagi. Bagaimana kita menyelesaikan masalah jika kau tak jelas seperti ini?"     

Ah ya, bisa di maafkan! Nathan dengan permasalahan yang di bawanya kali ini, harus diperdengarkan terlebih dahulu supaya tak beda maksud.     

"Kau yang menyatakan perasaan tertarik mu padaku!" ucap Nathan dengan cepat, seperti tak sudi jika kata penghubung dari mereka adalah suatu perasaan, bibir Nathan seketika saja kebas.     

"Oh ya, itu memang benar," balas Max dengan percaya dirinya. Pria itu pun sampai mengubah posisi duduknya. Satu kaki terangkat untuk di tumpukan dengan miliknya yang lain, lengan bersendekap, serta punggungnya yang menyandar santai.     

"Aku menolak mu!"     

"Memang aku meminta jawaban? Aku kan hanya mengungkapkan isi hati ku saja."     

"Aku tau! Aku hanya risih jika di sukai oleh sesama pria."     

"Kau memangnya suka wanita?"     

"Apa yang kau katakan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.